h1

Sadar akan Nilai Kebaikan melalui Ibadah

January 19, 2012

Tidak jarang orang yang mendapatkan hidayah atau petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT, dan berapa banyaknya orang yang terbelenggu dalam kedurjanaan maksiyat dan kehinaan. Sadar akan perbuatannya yang menyalahi baik dilihat dari aturan negara maupun norma agama sehingga seseorang putus hubungan dengan perpuatan yang selama ini dilakukan dan ternyata salah keliru dan dosa. Zina, judi, minuman keras, mencuri atau merampok, membunuh adalah contoh yang dilakukan dalam kebiasaan adat Jawa lama yang mungkin sampai saat ini masih terlihat sisa-sisanya baik yang masih bergaya lama maupun dengan gaya modern sesuai keadaan jaman ini. Menjauhkan raga pikiran perasaan hati dan apa saja yang mengarah kepada laku maksiyat dan syaithoniyah akan mampu membawa kebaikan kemaslahatan untuk membangun diri keluarga dan masyarakat serta lungkungan yang lebih baik dan utama melalui berbagai bentuk peribadatan. Shalat, puasa, zakat, dan haji sudah tidak asing bagi kaum muslimin dan mukminin sejak disampaikan ajaran dan tata-cara ibadah pada masa Rasulullah SAW dilanjutkan oleh para sahabat beliau terutama para Khulafaurrasyidin demikian pula para atbauttabi’in dan pada masa sesudahnya sampai sekarang dan insyaAllah sampai hari kiamat nanti. Ya ayyuhalladzina amanudhulu fissilmi kaffah wa la tattabi’sysyaithon innahu lakum ‘aduwwummubin demikian Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an QS. al-Baqarah ayat 208 yang terjemahnya “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. Ayat-ayat sebelum ayat 208 surah al-Baqarah ini menggamparkan tentang peribadatan terutama ibadah haji. Jika disimak sejak ayat 196 terjemahannya adalah:  196. Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban (Yang dimaksud dengan korban di sini ialah menyembelih binatang korban sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan; atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya di dalam ibadah haji. ) yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu[Mencukur kepala adalah salah satu pekerjaan wajib dalam haji, sebagai tanda selesai ihram. ], sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.  197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[Ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats[Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji] dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. 198. Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam[Ialah bukit Quzah di Muzdalifah]. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. 199. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 200. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[Adalah menjadi kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan haji lalu bermegah-megahan tentang kebesaran nenek moyangnya. Setelah ayat ini diturunkan maka memegah-megahkan nenek moyangnya itu diganti dengan dzikir kepada Allah], atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. 201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”[Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim].  202. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. 203. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang[Maksud dzikir di sini ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, talbiah dan sebagainya. Beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari sesudah hari raya haji yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Zulhijjah. Hari-hari itu dinamakan hari-hari tasy’riq]. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya[Sebaiknya orang haji meninggalkan Mina pada sore hari terakhir dari hari tasy’riq, mereka boleh juga meninggalkan Mina pada sore hari kedua], bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya. 204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. 205. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan[Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu mengadakan pengacauan]. 206. Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. 207. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. Sebagai bahan muhasabah dan introspeksi serta renungan dalam kehidupan kita semua kaum mukminin dan mukminat muslimin dan muslimat dalam tetap sadar akan nilai kebaikan melalui peribadatan yang dilakukan dan didirikan. Jika kita simak sesudah ayat 208 dari surat al-Baqarah terjemahannya adalah : 209. Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 210. Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan[Naungan awan bersama malaikat biasanya mendatangkan hujan yang artinya rahmat, tetapi rahmat yang diharap-harapkan itu tidaklah datang melainkan azab Allah-lah yang datang], dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.  Sekali lagi semoga kita semua sadar se sadarsadarnya akan pemberitaan yang agung dari kitab Allah SWT.

Leave a comment